Blogger Widgets

Minggu, 25 Januari 2015





  HACCP
1.    Pengertian HACCP
Menurut  WHO,  Analisis  Bahaya  dan  Pengendalian  Titik  Kritis (Hazard  Analysis  and  Critical  Control  Points  /  HACCP)  didefinisikan sebagai  suatu  pendekatan  ilmiah,  rasional,  dan  sistematik  untuk mengidentifikasi,  menilai,  dan mengendalikan  bahaya.
Dillon  and  Griffith  (1996)  dalam  buku  Hygiene  dan  Sanitasi Makanan  (Siti  Fathonah,  2005)  mendefinisikan  HACCP  sebagai  sistem manajemen  keamanan  makanan,  dengan  strategi  mencegah  bahaya  dan resiko  yang  terjadi  pada  titik-titik  kritis  pada  rantai  produksi  makanan. Sedangkan  Badan  Standardisasi  Nasional  (BSN)  Indonesia  mendefinisikan HACCP  sebagai  suatu  sistem  untuk  mengidentifikasi,  mengevaluasi  dan mengendalikan  bahaya  yang  nyata  bagi  keamanan  pangan.
HACCP  adalah  suatu  sistem  jaminan  mutu  yang  berdasarkan kepada  kesadaran  bahwa  hazard  (bahaya)  dapat  timbul  pada  berbagai  titik atau  tahap  produksi  tertentu,  tetapi  dapat  dilakukan  pengendaliannya  untuk mengontrol  bahaya  bahaya  tersebut.  Kunci  utama  HACCP  adalah antisipasi  dan  identifikasi  titik  pengawasan  yang  mengutamakan  kepada tindakan  pencegahan,  daripada  mengandalkan  kepada  pengujian  produk akhir.
Sistem  HACCP  bukan  merupakan  sistem  jaminan  keamanan pangan  yang  tanpa  resiko,  tetapi  dirancang  untuk  meminimalkan  resiko bahaya  keamanan  pangan.  Sistem  HACCP  juga  dianggap  sebagai  alat manajemen  yang  digunakan  untuk  memproteksi  rantai  pasokan  pangan  dan proses  produksi  terhadap  kontaminasi  bahaya-bahaya  mikrobiologis,  kimia dan fisik. HACCP  dapat  diterapkan  dalam  rantai  produksi  pangan  mulai  dari produsen  utama  bahan  baku  pangan  (pertanian),  penanganan,  pengolahan, distribusi,  pemasaran  hingga  sampai  kepada pengguna  akhir. Hazard  Analysis,  adalah  analisis bahaya  atau  kemungkinan  adanya risiko  bahaya  yang  tidak  dapat  diterima.  Bahaya  disini  adalah  segala macam  aspek  mata  rantai  produksi  pangan  yang  tidak  dapat  diterima karena  merupakan  penyebab  masalah  keamanan  pangan.  Bahaya  tersebut meliputi  :
1.      Keberadaan  yang  tidak  dikehendaki  dari  pencemar  biologis,  kimiawi, atau  fisik  pada bahan  mentah.
2.      Pertumbuhan  atau  kelangsungan  hidup  mikroorganisme  dan hasil perubahan  kimiawi  yang   tidak  dikehendaki  (misalnya  nitrosamin) pada produk  antara  atau jadi,  atau  pada lingkungan  produksi.
3.      Kontaminasi  atau  kontaminasi  ulang  (  cross  contamination)  pada produk antara  atau  jadi,  atau  pada lingkungan  produksi.
Critical  Control  Point  (CCP  atau  titik  pengendalian  kritis),  adalah langkah  dimana  pengendalian  dapat  diterapkan  dan  diperlukan  untuk mencegah  atau  menghilangkan  bahaya  atau  menguranginya  sampai  titik aman  (Bryan,  1995). Titik  pengendalian  kritis  (CCP)  dapat  berupa  bahan  mentah,  lokasi, praktek,  prosedur  atau  pengolahan  dimana  pengendalian  dapat  diterapkan untuk  mencegah  atau  mengurangi  bahaya.  Ada  dua  titik  pengendalian kritis:
a.        Titik  Pengendalian  Kritis  1  (CCP-1),  adalah  sebagai  titik dimana
       bahaya  dapat dihilangkan
b.       Titik  Pengendalian  Kritis  2  (CCP-2),  adalah  sebagai  titik dimana
       bahaya  dikurangi.
Karena  HACCP  dikenal  sebagai  sistem  keamanan  pangan  yang efektif,  maka  dengan  menerapkan  HACCP  secara  konsekuen  maka perusahaan  jaminan  pangan  akan  dapat  memberikan  kepercayaan  pada pelanggan  terhadap  jaminan  keamanan  yang  telah  dilakukan,  dan  akan memberikan  kesan  yang  baik  bahwa  industri  pangan  yang  bersangkutan memenuhi  komitmen  yang  kuat  dan  profesional  dalam  menjamin keamanan  pangan.  Bahkan  suatu  industri  pangan  penerap  HACCP  dapat mendemonstrasikan  bahwa  sistem  keamanan  pangannya telah  memenuhi persyaratan  regulasi  pemerintah  dalam  menjamin  masyarakat  terhadap kemungkinan  timbulnya  bahaya  keamanan  pangan.
2.  Tujuan HACCP
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara mencegah atau mengurangi kasus keracunan dan penyakit melalui makanan (“Food born disease”).
b.    Tujuan Khusus
1.      Mengevaluasi cara produksi makanan berupa bahaya
2.      Memperbaiki cara produksi makanan berupa critical process
3.      Memantau & mengevaluasi penanganan, pengolahan, sanitasi 
4.      Meningkatkan inspeksi mandiri
3.    Kegunaan HACCP
o   Mencegah penarikan makanan
o   Meningkatkan jaminan keamanan pangan
o   Pembenahan & “pembersihan” unit pengolahan (produksi)
o   Mencegah kehilangan konsumen / menurunnya  pasien
o   Meningkatkan kepercayaan konsumen / pasien
o   Mencegah pemborosan biaya
4.    Prinsip HACCP
Di  dalam  penerapannya,  Hazard  Analysis  and  Critical  Control Point  memiliki  beberapa  prinsip  yang  dilaksanakan.  Sistem  HACCP  terdiri dari  tujuh  prinsip,  yaitu  :
a.  Melakukan analisis bahaya.
     Segala  macam  aspek  pada  mata  rantai  produksi  pangan  yang
dapat  menyebabkan  masalah  keamanan  pangan  harus  dianalisa. Bahaya  yang  dapat  ditimbulkan  adalah  keberadaan  pencemar (kontaminan)  biologis,  kimiawi,  atau  fisik  bahan  pangan.  Selain  itu, bahaya  lain  mencakup  pertumbuhan  mikrroganisme  atau
perubahan kimiawi  yang  tidak  dikehendaki  selama  proses  produksi,  dan terjadinya  kontaminasi  silang  pada  produk  antara, produk  jadi,  atau lingkungan  produksi.  
b.  Menentukan Titik  Pengendalian  Kritis  (Critical  Control  Point).
Suatu  titik,  tahap,  atau  prosedur  dimana  bahaya  yang berhubungan  dengan  pangan  dapat  dicegah,  dieliminasi,  atau dikurangi  hingga  ke  titik  yang  dapat  diterima  (diperbolehkan  atau  titik aman).  Terdapat  dua  titik  pengendalian  kritis  yaitu  Titik  Pengendalian Kritis  1  sebagai  titik  dimana  bahaya  dapat  dihilangkan,  dan  Titik Pengendalian  Kritis  2 dimana  bahaya  dapat dikurangi.  
c.    Menentukan batas kritis.
Kriteria  yang  memisahkan  sesuatu  yang  bisa  diterima  dengan yang  tidak  bisa  diterima.  Pada  setiap  titik  pengendalian  kritis,  harus dibuat  batas  kritis  dan  kemudian  dilakukan  validasi.  Kriteria  yang umum  digunakan  dalam  menentukan  batas  kritis  HACCP  pangan adalah  suhu,  pH,  waktu,  tingkat  kelembaban,  Aw,  ketersediaan  klorin, dan parameter  fisik  seperti  tampilan  visual  dan  tekstur.  
d.      Membuat  suatu sistem pemantauan  (mon i t ori n g ) CCP. Suatu  sistem  pemantauan  (observasi)  urutan,  operasi,  dan pengukuran  selama  terjadi  aliran  makanan.  Hal  ini  termasuk  sistem pelacakan  operasi  dan  penentuan  kontrol  mana  yang  mengalami perubahan  ketika  terjadi  penyimpangan.  Biasanya,  pemantauan  harus menggunakan  catatan  tertulis.  
e.       Melakukan  tindakan  korektif  apabila  pemantauan mengindikasikan  adanya  CCP  yang  tidak  berada  di  bawah kontrol. Tindakan  korektif  spesifik  yang  diberlakukan  pada  setiap  CCP dalam  sistem  HACCP  untuk  menangani  penyimpangan  yang  terjadi. Tindakan korektif  tersebut  harus  mampu  mengendalikan  membawa CCP  kembali  dibawah  kendali  dan  hal  ini  termasuk  pembuangan produk yang  mengalami  penyimpangan  secara tepat.  
f.   Menetapkan  prosedur  verifikasi  untuk  mengkonfirmasi  bahwa sistem HACCP  bekerja secara efektif. Prosedur  verifikasi  yang  dilakukan  dapat  mencakup  peninjauan terhadap  sistem  HACCP  dan  catatannya,  peninjauan  terhadap penyimpangan  dan  pengaturan  produk,  konfirmasi  CCP  yang  berada dalam  pengendalian,  serta  melakukan  pemeriksaan  (audit)  metode, prosedur,  dan  uji.  Setelah  itu,  prosedur  verifikasi  dilanjutkan  dengan pengambilan  sampel  secara  acak  dan  menganalisanya.  Prosedur verifikasi  diakhiri  dengan  validasi  sistem  untuk  memastikan  sistem sudah  memenuhi  semua  persyaratan  Codex  dan  memperbaharui sistem  apabila  terdapat  perubahan  di  tahap  proses  atau  bahan  yang digunakan  dalam  proses produksi.  
g.   Melakukan  dokumentasi  terhadap  seluruh  prosedur  dan  catatan
      yang berhubungan  dengan  prinsip  dan  aplikasinya. Beberapa  contoh
      catatan dan  dokumentasi  dalam  sistem HACCP  adalah  analisis
      bahaya, penetapan  CCP,  penetapan  batas kritis,  aktivitas
      pemantauan  CCP, serta  penyimpangan  dan  tindakan korektif  yang
      berhubungan.
5.   Penetapan HACCP
CCP (Critical Control Point) atau titik kendali kritis atau titik kontrol adalah titik prosedur atau tahap operasional yang dapat dikendalikan untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya. Titik, prosedur atau tahap operasional yang dapat dikendalikan termasuk bahan mentah (produksi, pemeliharaan danpengadaan), penerimaan dan penanganan bahan, formulasi atau komposisi, pengolahan, pengemasan, distribusi dan transportasi, penjualan konsumsi, lokasi, kondisi atau lingkungan.
      CCP dapat dibedakan atas dua kelompok, yaitu:
      CCP 1  : CCP yang dapat dikendalikan untuk menghilangkan atau
                    mencegah bahaya
      CCP 2 : CCP yang dapat dikendalikan untuk mengurangi bahaya,
                    tetapi tidak dapat menghilangkan atau mencegah bahaya.

0 komentar:

Posting Komentar