susu mengandung bermacam-macam unsure dan sebagian besar terdiri
dari zat makanan yang juga diperlukan bagi pertumbuhan bakteri. Oleh karenanya
pertumbuhan bakteri dalam susu sangat cepat, pada suhu yang sesuai. Jenis-jenis
Micrococcus dan Corybacterium sering terdapat dalam susu yang baru diambil.
Pencemaran berikutnya timbul dari sapi, alat-alat pemerahan yang kurang bersih
dan tempat-tempat penyimpanan yang kurang bersih, debu, udara, lalat dan
penanganan oleh manusia (Buckle, et. al., 1987).
Kualitas mikrobial dalam susu segar sangat penting bagi penilaian
dan produksi produk susu yang berkualitas. Susu dapat disebut telah rusak
apabila terdapat gangguan dalam tekstur, warna, bau dan rasa pada kondisi
dimana susu tersebut sudah tidak patut lagi dikonsumsi oleh manusia. Kerusakan
yang disebabkan oleh mikroorganisme dalam makanan sering melibatkan degradasi
dari zat zat nutrisi seperti protein, karbohidrat dan lemak, baik oleh
mikroorganisme itu sendiri maupun enzim yang diproduksinya. Air susu mengandung
tiga komponen karakteristik yaitu: laktosa, kasein, dan lemak susu. Disamping
mengandung bahan-bahan lainnya misalnya air, mineral, vitamin, dan lainnya.
Banyaknya tiap-tiap bahan didalam air susu berbeda-beda tergantung spesies
hewan; komposisi dipengaruhi oleh banyak sekali faktor genetic dan lingkungan (Budi,
2006).
Susu segar yang akan diminum harus melalui pasteurisasi terlebih
dahulu guna mencegah penularan penyakit dan mencegah penularan penyakit dan
mencegah kerusakan karena mikroorganisme. Dalam proses pasteurisasi, susu
dipanaskan pada suhu 65oCelcius selama 30 menit. Laktosa adalah satu-satunya
karbohidrat pada susu. Secara kimia sebuah molekul dari laktosa diproduksi dari
gabungan antara stu glukosa dan satu galaktosa sisa yang dihasilkan oleh sebuah
α-lactalbumin yang bergantung pada enzim. Galaktosa dalah derivat hampir sama
seperti glukosa tetapi bagian kecil yang bersal dari asetat dan gliserol (Mc
Donald, et. al., 2002).
Penghitungan jumlah mikroorganisme dengan cara viabel count atau
disebut juga standart plate count didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel
mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah
diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah masa
inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau
dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut (Bibiana, 1994).
Metode hitungan cawan dibedakan atas dua cara, yakni metode tuang
(pour plate), dan metode permukaan (surface / spread plate). Pada metode tuang
, sejumlah sampel (1ml atau 0,1ml) dari pengenceran yang dikehendaki dimasukkan
kecawan petri, kemudian ditambah agar-agar cair steril yang didinginkan
(47-50oC) sebanyak 15-20 ml dan digoyangkan supaya sampelnya menyebar. Pada
pemupukan dengan metode permukaan, terlebih dahulu dibuat agar cawan kemudian
sebanyak 0,1 ml sampel yang telah diencerkan dipipet pada permukaan agar-agar tersebur.
(Dwidjoseputro, 1994).
Prinsip dari perhitungan metode hitungan cawan adalah bila sel
mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium, maka mikroba tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan kemudian
dapat dihitung tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan dibedakan
atas dua cara, yaitu metode tuang (pour plate) dan metode permukaan
(surfacelspread plate). Pada metode tuang, sejumlah sampel (1 ml atau 0,1 ml)
dari pengenceran yang dikehendaki dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian
ditambhkan agar-agar cair yang steril yang telah didinginkan (47-50oC) sebanyak
15-20 ml dan digoyangkan supaya sampelnya menyebar. Metode ini merupakan cara
yang paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik, dengan alasan :
1. Hanya sel mikroba yang hidup yang dapat
dihitung
2. Beberapa jasad renik dapat dihitung
sekaligus
3. Dapat digunakan untuk isolasi dan
identifikasi mikroba, karena koloni
yang terbentuk mungkin berasal dari
mikroba yang mempunyai
penampakan spesifik.
Selain keuntungan-keuntungan tersebut di atas, metode hitungan
cawan juga memiliki kelemahan sebagai berikut :
1.
Hasil
perhitungan tidak menunjukkan hasil yang sebenarnya, karena
beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk
koloni.
2.
Medium
dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan
jumlah yang berbeda pula.
3.
Mikroba
yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat
dan
membentuk koloni yang kompak, jelas, dan tidak mnyebar.
4.
Memerlukan
persiapan dan waktu inkubasi relatif lama sehingga
pertumbuhan
koloni dapat dihitung. (Jimmo, 2013)
Metode perhitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel
yang hidup dapat berkembang menjadi koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada
cawan adalah indeks bagi jumlah mikroorganisme yang terkandung dalam sampel.
Teknik yang harus dikuasai dari metode ini adalah mengencerkan sampel dan
mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah inkubasi, jumlah semua koloni
diamati untuk memenuhi persyaratan statistik. Cawan yang dipilih untuk
menghitung koloni adalah cawan yang mengandung antara 30 sampai 300 koloni.
Organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan mengalikan jumlah
koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan (Lud,
2007).
Ada
dua Metode plate count yang sering digunakan, yaitu metode sebaran dan metode
tuang. Asumsi digunakannya metode ini adalah bahwa setiap satu sel mikroba
dapat tumbuh dan akhirnya membentuk satu koloni yang dapat dilihat dengan kasat
mata. Pada metode sebaran, volume yang dibutuhkan adalah 0.1 ml agar sampel
tersebut sapat tersebar, terendam, dan teresap. Karena jika lebih, maka sampel
akan mengendap dan mengumpul sehingga menyulitkan dalam perhitungan (Ali, 2005).
Metode hitungan cawan menggunakan anggapan bahwa setiap sel akan
hidup berkembang menjadi satu koloni. Jumlah koloni yang muncul menjadi indeks
bagi jumlah oganisme yang terkandung di dalam sampel. Teknik pengitungan ini
membutuhkan kemampuan melakukan pengenceran dan mencawankan hasil pengenceran.
Cawan-cawan tersebut kemudian diinkubasi dan kemudian dihitung jumlah koloni
yang terbentuk. Cawan yang dipilih untuk penghitungan koloni, sesuai dengan
kaidah statistik adalah cawan yang berisi 30-300 koloni. Jumlah organisme yang
terdapat dalam sampel asal dihitung dengan cara mengalikan jumlah koloni yang
terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan bersangkutan (Filzahazny, 2013).
Pengenceran
adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan
pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Contohnya suatu sampel
pada suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam sppesies diencerkan
dalam suatu taung tersendiri. Enceran ini kemudian diambil barang 1 ml untuk
diencerkan lagi ke tabung yang berisi pelarut. Enceran yang kedua ini diambil 1
ml untuk diencerkan lebih lanjut Jumlah terbaik yang digunakan untuk
perhitungan mikroba antara 30-300 koloni. Pengenceran biasanya dilakukan secara
desimal (Dwidjoseputro, 1994).
0 komentar:
Posting Komentar